SELAMAT DATANG DI Korps SukaRela Palang Merah Indonesia Universitas Negeri Jakarta

Jumat, 25 Desember 2009

Hatori #1

Oleh: Nurul Hidayat Teripang 16 Humas KSR PMI UNJ 2009

Baru Bolang, 18/12/09

Meski terik ditemani sejuknya alam Taman Safari tidak mematahkan semangat tujuh belas pasukan calon pawang kemanusiaan dalam mendeklarasikan diri menjadi anggota KSR PMI UNJ, dalam benak mereka hanyalah kata maju dalam melangkah. Bukan mundur pulang dengan oleh-oleh kekecewaan.

Navigator long march Ka Awan menginstruksikan kepada cakas untuk mempersiapkan kondisi barang bawaan dan mental mereka dalam menempuh misi kemanusiaan. Dengan memunajat kepada sang penguasa bumi dan pencipta alam semesta; Allah SWT, serta rasa yakin untuk setiap langkahnya diberi kekuatan. Pandangan mereka penuh dengan harapan, doa, dan semangat, kedua tangan mereka menengadah keatas dan menundukkan kepala. Pluit jalan ditiupkan yang memudarkan lamunan mereka, mereka melangkahkan kaki ditanah yang coklat berkerikil mungil, jalan menanjak merasa berat baginya namun semangat terus memompa dari jantung hingga kakinya. Tak berselang setengah jam satu dan dua angkatan ke-17 mulai merasakan lelahnya menggendong tas seberat 60 liter, hentakan dan lontaran kata-kata senior membuat mereka yang mulai lelah meningkatkan tenaganya, menahan rasa sakit di perutnya dan menahan rasa putus asa di pikirannya. Teman-teman mereka memberikan dorongan agar melanjutkan perjalanan karena titik finis masih jauh dari pandangannya. Dengan terus memapahnya, rasa persahabatan yang satu bulan terjalin dalam Diklat terlihat jelas, tak rela bagi mereka meninggalkan sahabatnya pulang dengan harapan kosong, atau malah ada yang di suruh di “glindingkan” dari atas sampai bawah, ada pula senior yang membuat panas telinga meraka dengan terus mengajak pulang karena jarak mereka masih dekat dengan jalanan.

Setelah mereka mengganti pakaian lapangan, langkah pun terus terukir di tanah yang dikelilingi kebun teh yang hijau, semangat mereka terus meningkat dengan hamparan kanan dan kiri yang tak jarang di temui di tanah perkotaan Ibukota. Salah satu kondisi peserta tidak memuluskan perjalanan mereka, bagai skenario yang dirancang sutradara, cakas Hani mengalami jatuh pingsan, senior tidak langsung ambil alih karena senior ingin melihat seberapa jauhkah solidaritas peserta dalam menghadapi korban, cakas Rina pun memberikan dorongan spiritual kepada temannya agar terus melangkah melanjutkan perjalanan. Satu lagi dari mereka jatuh karena kram di kakinya, materi diklat mulai diterapkan satu per satu dalam keadaan yang seperti ini, ada juga dalam perjalanan cakas Iman mulai kehilangan konsentrasi seperti kekurangan ion di iklan-iklan televisi, dia menanyakan kepada Ka Zambrong kemana topi Rimbanya, Ka Zambrong pun “mlongo” kenapa cakas Iman menanyakan topi rimbanya padahal topinya ada dikepalanya. Dengan muka malu seperti bertemu dengan kekasihnya cakas Iman tersipu melihat raut muka Ka Zambrong. Miris memang, sudah ditinggal oleh teman-temannya yang sedang beristirahat, cakas Iman masih dibelakang mengurusi kakinya. Baru sadar setelah menunaikan sholat kalau salah satu dari tujuh belas pasukanya ada yang tertinggal.

Hari sudah mulai gelap, perjalan mereka baru setengah, rasa semangat mereka masih kuat, dan kaki-kakinya masih mencakar tanah yang mulai licin. Mereka dibantu alat penerang senter, serta nyanyian-nyanyian “KSR NUSANTARA” sebagai suara saingan mereka dengan serangga-serangga malam. Paduan suara mereka dipimpin oleh cakas Juwita karena memiliki lengkingan suara yang merdu. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, sie acara, Ka Barok menyuruh untuk membuat makanan. Pada saat itu Ka Nita memeriksa bahan makanan peserta, ada hal aneh dari salah satu peserta, yaitu cakas Udin, dia malah sempet-sempetnya mimpi dengan posisi terduduk, Ka Nita memanggil dan cakas Udin menjawab “Wis Tangi” dan jawaban tersebut dijadikan sebagai Nada Sambung Panggilan (NSP). Setelah mengisi perutnya mereka melanjutkan perjalanan ke tempat peristirahatan yang pas buat mereka sendiri yaitu bivak, karena pagi-pagi mereka harus melanjutkan perjalanan dalam mencari korban di Kebon Teh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar