SELAMAT DATANG DI Korps SukaRela Palang Merah Indonesia Universitas Negeri Jakarta

Jumat, 25 Desember 2009

Hatori #1

Oleh: Nurul Hidayat Teripang 16 Humas KSR PMI UNJ 2009

Baru Bolang, 18/12/09

Meski terik ditemani sejuknya alam Taman Safari tidak mematahkan semangat tujuh belas pasukan calon pawang kemanusiaan dalam mendeklarasikan diri menjadi anggota KSR PMI UNJ, dalam benak mereka hanyalah kata maju dalam melangkah. Bukan mundur pulang dengan oleh-oleh kekecewaan.

Navigator long march Ka Awan menginstruksikan kepada cakas untuk mempersiapkan kondisi barang bawaan dan mental mereka dalam menempuh misi kemanusiaan. Dengan memunajat kepada sang penguasa bumi dan pencipta alam semesta; Allah SWT, serta rasa yakin untuk setiap langkahnya diberi kekuatan. Pandangan mereka penuh dengan harapan, doa, dan semangat, kedua tangan mereka menengadah keatas dan menundukkan kepala. Pluit jalan ditiupkan yang memudarkan lamunan mereka, mereka melangkahkan kaki ditanah yang coklat berkerikil mungil, jalan menanjak merasa berat baginya namun semangat terus memompa dari jantung hingga kakinya. Tak berselang setengah jam satu dan dua angkatan ke-17 mulai merasakan lelahnya menggendong tas seberat 60 liter, hentakan dan lontaran kata-kata senior membuat mereka yang mulai lelah meningkatkan tenaganya, menahan rasa sakit di perutnya dan menahan rasa putus asa di pikirannya. Teman-teman mereka memberikan dorongan agar melanjutkan perjalanan karena titik finis masih jauh dari pandangannya. Dengan terus memapahnya, rasa persahabatan yang satu bulan terjalin dalam Diklat terlihat jelas, tak rela bagi mereka meninggalkan sahabatnya pulang dengan harapan kosong, atau malah ada yang di suruh di “glindingkan” dari atas sampai bawah, ada pula senior yang membuat panas telinga meraka dengan terus mengajak pulang karena jarak mereka masih dekat dengan jalanan.

Setelah mereka mengganti pakaian lapangan, langkah pun terus terukir di tanah yang dikelilingi kebun teh yang hijau, semangat mereka terus meningkat dengan hamparan kanan dan kiri yang tak jarang di temui di tanah perkotaan Ibukota. Salah satu kondisi peserta tidak memuluskan perjalanan mereka, bagai skenario yang dirancang sutradara, cakas Hani mengalami jatuh pingsan, senior tidak langsung ambil alih karena senior ingin melihat seberapa jauhkah solidaritas peserta dalam menghadapi korban, cakas Rina pun memberikan dorongan spiritual kepada temannya agar terus melangkah melanjutkan perjalanan. Satu lagi dari mereka jatuh karena kram di kakinya, materi diklat mulai diterapkan satu per satu dalam keadaan yang seperti ini, ada juga dalam perjalanan cakas Iman mulai kehilangan konsentrasi seperti kekurangan ion di iklan-iklan televisi, dia menanyakan kepada Ka Zambrong kemana topi Rimbanya, Ka Zambrong pun “mlongo” kenapa cakas Iman menanyakan topi rimbanya padahal topinya ada dikepalanya. Dengan muka malu seperti bertemu dengan kekasihnya cakas Iman tersipu melihat raut muka Ka Zambrong. Miris memang, sudah ditinggal oleh teman-temannya yang sedang beristirahat, cakas Iman masih dibelakang mengurusi kakinya. Baru sadar setelah menunaikan sholat kalau salah satu dari tujuh belas pasukanya ada yang tertinggal.

Hari sudah mulai gelap, perjalan mereka baru setengah, rasa semangat mereka masih kuat, dan kaki-kakinya masih mencakar tanah yang mulai licin. Mereka dibantu alat penerang senter, serta nyanyian-nyanyian “KSR NUSANTARA” sebagai suara saingan mereka dengan serangga-serangga malam. Paduan suara mereka dipimpin oleh cakas Juwita karena memiliki lengkingan suara yang merdu. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, sie acara, Ka Barok menyuruh untuk membuat makanan. Pada saat itu Ka Nita memeriksa bahan makanan peserta, ada hal aneh dari salah satu peserta, yaitu cakas Udin, dia malah sempet-sempetnya mimpi dengan posisi terduduk, Ka Nita memanggil dan cakas Udin menjawab “Wis Tangi” dan jawaban tersebut dijadikan sebagai Nada Sambung Panggilan (NSP). Setelah mengisi perutnya mereka melanjutkan perjalanan ke tempat peristirahatan yang pas buat mereka sendiri yaitu bivak, karena pagi-pagi mereka harus melanjutkan perjalanan dalam mencari korban di Kebon Teh.

Jumat, 04 Desember 2009

GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

Oleh: Sita Mega Putri, cakas angkatan 17

SEJARAH LAHIRNYA GERAKAN
Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.

Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Kenangan dari Solferino", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;

* Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
* Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.

Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
Dalam perkembangannya kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasionalyang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.

PALANG MERAH INTERNASIONAL

1. Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepadakorban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.
2. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah :
* mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
* menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah..
3. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian Federasi diprakarsai olehHenry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolongkorban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional.


Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.

Senin, 23 November 2009

Sejarah Lambang

Oleh: Nurul Hidayat
Angkatan 16 KSR PMI UNJ


Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang tersebut.

1859

Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang sah.

Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis.

Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Henry Dunant, seorang warga negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang.

Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang.

1862

Pada tahun 1862, "A Memory of Solverino" diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan :

a. untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk merawat korban pada masa perang

b. agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang yang terluka di medan perang.

Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan yang kedua adalah asal-

usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara.

PALANG MERAH

1863

Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota, yang nantinya disebut International Commitee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant.

Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata.

Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara universal

Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara.

Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman lambang yang jelas.

1864

Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa Pertama.

Hukum perikemanusiaan internasional telah lahir

Konvensi Jenewa Pertama mengakui palang merah dengan latar putih sebagai sebuah lambang khusus.

Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada mereka, lambang tersebut dibentuk dengan membalikkan warna bendera Swiss.

Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima.

Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna yang kontras.

BULAN SABIT MERAH

1876-1878

Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan akan menggunakan lambang bulan sabit merah dengan latara belakang putih di tempat yang sama dengan palang merah. Tetap menghargai lambang palang merah, Ottoman meyakini bahwa palang merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Bulan sabit merah akhirnya sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu.

1929

Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar bulan sabit merah dan singa matahari merah diakui. Setelah diskusi berkepanjangan, Konferensi tersebut diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari palang merah; namun untuk menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya

Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa.

Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan palang merah dan 32 menggunakan bulan sabit merah.

1949

Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang lambang:

1. Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri;

2. Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah

3. Prmintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, perisai merah dari David yang digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel;

Ketiga proposal tersebut ditolak.

Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. Palang merah, bulan sabit merah dan singa matahari merah tetap dinyatakan sebagai lambang yang diakui.

1980

Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan lambang singa matahari merah dan akan menggunakan lambang bulan sabit merah sebagai lambang khusus mereka. Bagaimanapun juga, lambang singa dan matahari merah tetap diakui.

1992

Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.

1999

Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur.

2000

Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.

Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan:

a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabit

b. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahan

c. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC.

 KRISTAL MERAH

2005

Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk:

1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah

2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan.

 

2006

Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru.

Selasa, 14 Juli 2009

Profile KSR PMI UNJ


KORPS SUKARELA PALANG MERAH INDONESIA merupakan salah satu unit kegiatan kemahasiswaan yang berada di Universitas Negeri Jakarta dan berkoordinasi di bawah PMI Jakarta Timur. KSR PMI UNJ juga organisasi yang bergerak dalam bidang kepalangmerahan. KSR PMI UNJ merupakan wadah bagi seluruh mahasiswa UNJ yang ingin menyalurukan bakat dan minatnya dalam berorganisasi, membina rasa kesetiakawanan sosial dan mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. KSR PMI UNJ berdiri pada tanggal 10 Mei 1994 terus berupaya meningkatkan kemampuan kepalangmerahan dalam upaya mengantisipasi banyaknya kejadian-kejadian di lingkungan kita yang membutuhkan pertolongan pertama dan banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia sebagai wujud mengamalkan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat.


A. VISI dan MISI

Visi

"Mewujudkan KSR PMI UNJ sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa bidang kepalangmerahan yang andal"

Misi
  1. Menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai nilai kepalangmerahan serta Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat)
  2. Mengembangkan sumber daya manusia KSR PMI UNJ yang profesional dalam bidang kepalangmerahan dan organisasi
  3. Menjaga nilai nilai norma yang berhubungan dengan masyarakat
  4. Membangun kerjasama dengan organisasi intern dan ekstern kampus.


B. MOTTO

"Dari Kami Untuk Kemanusiaan"


C. KEGIATAN

Pendidikan dan Latihan (Diklat) bagi anggota baru yang mendaftar sebagai anggota
Pelatihan Dasar Keorganisasiaan
Pengambilan Slayer
Latihan Rutin kepalangmerahan dan keorganisasiaan seminggu sekali
Olahraga Rutin seminggu sekali
Donor Darah tiga bulan sekali
Pelatihan Pertolongan Pertama kepada masyarakat
Peringatan hari besar kesehatan
Refreshing Humanity
Pengambilan Golongan Darah
Sekolah Binaan
Sosialisasi
Pelatihan Nasional
Aksi peduli sesama
Ulang tahun KSR PMI UNJ
CBFA


D. KEGIATAN KEMANUSIAAN

Berpartisipasi menjadi relawan pada bencana jebolnya tanggul Situ Gintung, Ciputat, Tangerang 2009
Berpartisipasi menjadi relawan pada bencana gempa dan gunung meletus di Yogjakarta 2006
Berpartisipasi menjadi relawan tsunami di Pengandaran 2006
Berpartisipasi menjadi relawan bencana tsunami di Aceh 2004
Berpartisipasi menjadi relawan pada bencana banjir di wilayah Jakarta Timur
Berpartisipasi menjadi tim kesehatan dalam kegiatan kemahasiswaan dan beberapa kejuruan olahraga
Berpartisipasi dalam tim kesehatan MPA UNJ.


E. KEGIATAN DENGAN PMI CABANG JAKARTA TIMUR

Failitator Pelatihan SIBAD ICBRR CC
Dapur Umum pada bencana banjir di Jakarta
Fogging/penyemprotan nyamuk Aedes Aegepty di Cililitan
Perawatan Keluarga se-DKI Jakarta 2005
Pelatihan SATGANA
Vaksinasi flu burung di Jakarta Timur
Pelatihan Assesment
Temu Karya KSR-TSR se-Indonesia


F. KEGIATAN DENGAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SE-INDONESIA

Pelatihan SAR air di Bali
Pelatihan psikososial program
Pelatihan PPGD


G. PRESTASI

Invitasi PRS dan seminar HIV/AIDS antar KSR tingkat Nasional tahun 2001
Juara I lomba poster
Juara III lomba RJP
Lomba lintas medan IV tingkat nasional antar KSR tahun 2000
Juara III lomba tandu darurat
Juara terbaik II SAR AIR
Pelatihan SAR AIR Universitas Sarasati Bali 2005
Juara umum ”Regee Cup” UNJ 2007
Seminar narkoba dan HIV/AIDS di Thailand

Juknis Pelatnas

PETUNJUK TEKNIS
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Seminar

Judul :“Fasilitator Kependidikan Kepalangmerahan”
Hari/Tanggal: Senin, 27 Juli 2009
Waktu : 09.00 – 15.00 WIB
Tempat : Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan
Pembicara : dr. Siswo P Santoso (Spesialis PP)
Prof. Dr. H. Arief Rachman (Pakar Pendidikan)
Pelatihan
Judul : “Pertolongan Pertama”
Instruktur : Badan SAR Nasional (BASARNAS)
Hari/Tanggal: Selasa-Jumat, 28-31 Juli 2009
Waktu : 09.00 – selesai WIB
Tempat : Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan
Simulasi lapangan transportasi darat (Dippo kereta api)
Simulasi lapangan transportasi air (Gelanggang samudera Ancol)
AGENDA KEGIATAN
Hari/Tanggal
Waktu (WIB)
Kegiatan

Minggu
26 Juli 2009
16.00 – 22.00
Check in peserta

Senin
27 Juli 2009
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 11.30
11.30 – 12.30
12.30 – 15.30

15.30 – 18.00
18.00 – 21.00
Registrasi Peserta
Sarapan
Pembukaan
Ibadah salat Zuhur + Makan siang
Seminar fasilitator kependidikan kepalangmerahan
Pembentukan kelompok kerja
ISHOMA

Selasa
28 Juli 2009
06.00 – 07.00
07.00 – 09.00
09.00 – 12.00

12.00 – 13.00
13.00 – 15.00

15.00 – 16.00
16.00 – 18.00

18.00 – 21.00
21.00 – 06.00
Olahraga
MCK + Sarapan pagi
Materi I ”Mekanisme Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Transportasi”
ISHOMA
Materi II ”Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Transportasi Darat”
Ibadah Sholat Ashar
Materi III ”Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Transportasi Air”
ISHOMA
Istirahat

Rabu
29 Juli 2009
06.00 – 07.00
07.00 – 09.00
09.00 – 11.00

11.00 – 12.00

12.00 – 13.00
13.00 – 15.30
15.30 – 16.30
16.30 – 17.00
17.00 – 18.30
18.30 – 06.00
Olahraga
MCK + Sarapan pagi
Perjalanan dari penginapan/camp ke Dippo kereta api
Simulasi lapangan ”Kecelakaan Transportasi Darat”
ISHOMA
Lanjutan simulasi
Istirahat dan Sholat
Evaluasi harian
Kembali ke penginapan/camp
Istirahat

Kamis
30 Juli 2009
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.30

09.30 – 12.00

12.00 – 13.00
13.00 – 15.30
15.30 – 16.30
16.30 – 17.00
17.00 – 18.30
18.30 – 06.00
Olahraga
MCK + Sarapan pagi
Perjalanan dari penginapan/camp ke Gelanggang samudera Ancol
Simulasi lapangan ”Kecelakaan Transportasi Air”
Ibadah salat Zuhur + Makan siang
Lanjutan simulasi
Istirahat dan Sholat
Evaluasi harian
Kembali ke penginapan/camp
Istirahat

Jumat
31 Juli 2009
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 16.00
16.00 – 17.30
17.30 – 20.00
20.00 – 23.30
Olahraga
MCK + Sarapan pagi
Kunjungan wisata ke Dufan
Kembali ke Penginapan/camp
ISHOMA
Pentas Seni Peserta

Sabtu
1 Agustus 2009
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 11.00
11.00 – 12.00
MCK + Sarapan pagi
Perjalanan dari penginapan/camp ke UNJ
Acara penutupan
Check out


*Jadwal sewaktu-waktu bisa berubah
SYARAT PENDAFTARAN PESERTA
Peserta merupakan anggota/pengurus yang didelegasikan dari KSR PMI Perguruan Tinggi se-Indonesia.
Peserta yang diikutsertakan dari tiap delegasi maksimal 2 orang peserta.
Terdaftar sebagai Mahasiswa Perguruan Tinggi terkait yang dibuktikan dengan fotocopy Kartu Mahasiswa yang masih berlaku.
Terdaftar sebagai anggota KSR PMI Perguruan Tinggi yang dibuktikan dengan Kartu Anggota yang masih berlaku.
Menunjukkan surat tugas/rekomendasi dari pengurus KSR PMI Perguruan Tinggi.
Telah mengikuti dan lulus pendidikan KSR dasar (DIKLATDAS) dengan menunjukkan surat tanda lulus DIKLATDAS dari pengurus KSR PMI Perguruan Tinggi.
Menyerahkan foto berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar.
Membayar kontribusi peserta sesuai ketentuan yang berlaku.
Peserta wajib membawa dan/atau memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) dan Pakaian Dinas Lapangan (PDL).
Semua berkas persyaratan peserta dimasukkan kedalam map plastik berwarna hijau.
Diharapkan membawa bendera masing-masing unit.
membawa perlengkapan outdoor (sleeping bag dan matras)
KONTRIBUSI PESERTA

Kontribusi peserta untuk paket kegiatan Pelatihan Pertolongan Pertama dan Seminar Fasilitator Kependidikan Kepalangmerahan adalah sebesar @ Rp 500.000,00. mendapat fasilitas berupa :
sertifikat
ID Card
handout materi
T-Shirt
souvenir per-unit
seminar kit
konsumsi selama kegiatan
akomodasi (penginapan/camp+transportasi lokal)
kunjungan wisata
CD foto kenangan
PENDAFTARAN PESERTA
Waktu pendaftaran dapat dilakukan sejak undangan di terima sampai batas akhir pendaftaran pada 1 Juli 2009.
Uang pendaftaran dikirimkan melalui bank BNI Cabang Rawamangun Jakarta Timur, dengan nomor rekening 0132279072, atas nama Ika Indri Yanti.
Pendaftaran ulang peserta dilakukan pada saat check in, yakni pada hari minggu 26 Juli 2009, pukul 16.00-18.00 WIB, di Bumi Perkemahan Ragunan, Kel. Ragunan - Kec. Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta Selatan (depan Departemen Pertanian, samping Kebun Binatang Ragunan). Membawa kelengkapan semua persyaratan serta melampirkan fotocopy slip transfer biaya pendaftaran.
Contact Person: Markas KSR PMI UNJ (021–4753068), Rahmi Vera Budiman (085697669620), Ratna Widyaningsih (085711885355), Ibnu Adriansyah (08561928138/021-92284069), Awan Kuspriadi (085691655917).
Email KSR PMI UNJ: ksrpmiunj@yahoo.com / ksrpmiunj@gmail.com

Rabu, 18 Maret 2009

undangan

assalamu'alaikum wr.wb
dengan memanjatkan puji syukur serta memohon rahmat dan ridha Allah. Kami bermaksud menyelenggarakan resepsi pernikahan.

DIAN YUSTIKA RINI
dengan
SYAMSUL ANWAR

insyaallah pada hari:
Minggu, 29 Maret 2009
pukul 11.00 - 16.00
tempat di Jl. Malaka IV Gg.2 No.62 rt. 008/08
perumnas klender - jakarta timur

tiada yang dapat kami ungkapkan selain rasa terima kasih dari hati yang tulus atas kehadiran dan do'a restunya.

wassalamu'alaikim wr.wb